MAHASISWA DAN REFORMASI JILID II

BY kangerik_ingsun No comments

Oleh : Kang Erik

Penulis adalah Wakil Presiden Mahasiswa Badan Ekskutif Mahasiswa Unv. Sunan Giri SBY


Semacam Prolog
Indonesia dengan sejarah yang panjang tidak mampu memberikan kesejahteraan dalam berbagai bidang, baik orde lama, orde baru maupun masa reformasi tahun 1988. Banyak konsep dan tawaran politis mengenai pelaksanaan pemerintahan yang katanya lebih baik, namun pada kenyataannya hal itu hanya berujung pada paparan teoritis yang tak mampu terimplementasikan dalam pelaksanaan praktis.
Peralihan masa orde baru pada rezim reformasi pada saat itu menjadi sebuah oase bagi bangsa indonesia setelah lama tertindas dalam tirani dan kediktatoran, mahasiswa lagi lagi berada pada garda depan dalam menumbangkan kepemimpinan soeharto, mahasiswa juga yang kemudian menjadi harapan dalam mewujudkan tatanan pemerintahan demokratis yang ideal.
Berbicara pemerintahan fase reformasi saat ini masih juga tidak menjanjikan apa-apa, yang terjadi malahan korupsi gede-gedean yang dilakukan para elit politik. Para wakil rakyat yang seharusnya menjadi penyambung lidah rakyat serta memperjuangkan nasib para petani, nelayan, pengemis, anjal dan sebagainya.
Indonesia yang selama ini dikenal dengan negara yang kaya tanpa disadari mulai beranjak miskin karena ulah para tikus-tikus yang menggerus kekayaan alam negara ini, kita tengok saja pulau natuna yang menjadi penghasil gas alam terbesar, penduduknya sama sekali jauh dari jangkauan pemerintah, atau mungkin mereka juga tidak mengerti bagaimana kesejahteraan itu. Berputar 380 derajat pemerintah malah membangun masjid yang sugguh megah dengan semua material dan tenaganya didatangkan dari pulau jawa, tak ada satupun dari penduduk natuna yang tersentuh oleh proyek tersebut, sungguh sangat ironi dan miris sekali melihatnya.
Tak hanya itu, pulau kalimantan yang menjadi habitat harimau terbesar terancam punah akibat pembalakan liar serta eksploitasi kayu besar-besaran, bila kita lihat sekilas terlihat dari bagian luar pulau itu terlihat lebat, namun kala kita masuk ke bagian tengah yang terdapat hanya lahan kosong dengan pohonnya telah di tebang. Juga pulau mentawai yang ekologi terumbu karangnya paling rusak serta pohon bakau yang semakin menipis, juga yang kemudian memunculkan fakta mencengangkan adalah terdapat kavlingan-kavlingan pemilik tanah dan salah satu kavlingan adalah milik keluarga cendana (sumber : Meraba Indonesia, Ahmad Yunus : 2011)
Melihat kondisi bangsa yang semakin terpuruk dan tak kunjung mencapai perubahan signifikan membuat kepercayaan pada pemerintahan era SBY jilid II semakin luntur, gaungan ganyang korupsi hanya sekedar pencitraan belaka yang tak pasti penyelesaian  permasalahannya, lalu pertanyaannya adalah siapa yang akan menanggung kerugian negara sebegitu besarnya?. SBY dengan celotehannya untuk menjadikan hukum sebagai panglima yang dibarengi dengan pembentukan lembaga-lembaga penegak hukum baru malah menunjukkan tidak adanya kepercayaan terhadap lembaga hukum lainnya seperti POLRI, Kejaksaan dsb, serasa lembaga-lembaga tersebut kehilangan taring dan dianggap tidak kredibel dalam menegakkan hukum dinegara ini.
Dimulai dari pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), diawal perjalanan prestasinya bisa dikatakan sukses namun pada 2009 lembaga tersebut menuai permasalahan besar dimana pimpinan KPK, Antasari Azhar harus berurusan dengan hukum akibat kasus pembunuhan M. Zulkarnaen direktur utama PT. Putra Rajawali Banjaran, sekali lagi sungguh sangat ironis. Belum selesai masalah Antasari, perkara mafia hukum mencuat kepublik, serasa kebakaran jenggot pemerintah kemudian membentuk lagi TIM 8 anti mafia hukum. Apakah lembaga POLRI sudah tidak sanggup lagi menangani kasus-kasus besar semacam itu? Satu persatu lembaga penegak hukum kemudian terjerat kasus yang mencoreng nama baik lembaganya, lalu sekarang kepada siapa lagi  masyarakat harus percaya?


Movement to reform....
to be continued ..........................

0 komentar:

Posting Komentar